Saturday, December 1, 2012

#Sharing A New Currency

Tanggal 21 November 2012, @ kota Palu Sulawesi Tengah

Setelah kemaren sore nonton film In Time (2011) - dimana waktu ada mata uang yang berlaku. Dan jika uang/waktu nya habis, maka orang tersebut akan mati. Berbagi waktu (sharing) dengan orang yang kita cintai menjadi sangat penting di film ini. Sebuah film action. 
Cerita soal mata uang ini mengingatkan saya dengan cerita Pak Badroni Yuzirman mengenai Forum Tangan Di Atas beberapa waktu yang lalu. Pak Handoko menyampaikan bahwa berbagi (sharing) adalah mata uang yang baru (new currency).

Wednesday, November 7, 2012

Show Me The Money

Beberapa hari yang lalu, di Makassar, saya ngobrol dengan seorang kawan. Insya Allah calon pengusaha sukses (Amin). Kawan saya bercerita, bahwa sebenarnya dari dulu ia tidak pernah punya keinginan untuk menjadi pegawai. Kepikiran saja tidak, apalagi keinginan. Orang tuanya wiraswasta. 5 saudaranya yang lain pun sama, semua hidup dari bisnisnya masing-masing. 
Untuk mempersiapkan jalannya menuju pengusaha sejati, ia menyiapkan beberapa langkah. Selepas sekolah, ia bermaksud menimba ilmu di sebuah perusahaan otomotif besar di Makassar. Karena bisnis otomotif ini yang akan dia pilih nantinya. Dua tahun saja dia belajar. Begitu ia bertekad.

Di perjalanan tahun ke-2, bidadari dari Tuhan pun datang. Dan ia pun menikah. Gak masalah, menikah bukan berarti harus mengubur cita-cita. Cuma perlu penyesuaian. Alhamdulillah, tidak perlu menunggu waktu lama, istrinya sudah hamil. Sungguh anugerah bagi mereka.

Wednesday, October 3, 2012

Tak Kenal Maka Tak Sayang

Siapa yang tak kenal pepatah ini 'tak kenal maka tak sayang'. Saya yakin semua istri mengenal suaminya dan semua suami mengenal istrinya. Ya... minimal merasa mengenal. Para penggemar artis begitu menyayangi sang artis karena penggemar tersebut merasa sangat mengenal sang artis.

Sayang dengan pasangan, orang tua, anak, keluarga atau sahabat itu biasa. Katanya bukti sayang adalah perhatian terhadap yang kita sayangi.

Tapi apakah kita ingat dengan seseorang yang 24 jam selalu bersama kita? Tidak pernah sedetik dia meninggalkan diri kita.

Sunday, August 12, 2012

Discover Me (I)

Setelah 19 Januari 2012, everything never be the same.

Penyesalan terbesar dalam hidup saya setelah Papah meniggal, saya tidak pernah benar-benar berusaha memberikan sesuatu kepadanya. Membuatnya senang. Setidaknya itu menurut pandangan saya. Entah berapa banyak kesulitan saya yang ditolongnya, padahal saat itu saya merasa sudah mandiri.

Hari-hari berikutnya membuat saya merenung perjalanan hidup saya. Saat ini adalah pertama kalinya saya ditinggal oleh orang yang sangat saya cintai. Dan perpisahan itu pasti. Tidak ada yang abadi dalam hidup ini. Kenangan apa yang mau saya bawa? Kenangan apa yang akan tertinggal ketika saya pergi? Istri dan anak-anak yang sangat saya cintai. Jika kami berpisah, hanya kenanganlah yang tersisa. Saya merasa telah menyia-nyiakan hidup dengan alasan Dream dan Cita-cita. Bertahun-tahun saya berusaha menjadi pengusaha, tapi sebenernya saya tidak pernah berusaha sungguh-sungguh, dengan alasan karena harus membagi waktu tenaga dan pikiran bagi keluarga. Tidak mungkin saya resign dari pekerjaan dan all out usaha saat ini. Akibatnya saya tidak berusaha dengan sungguh-sungguh untuk menjadi pengusaha sukses. Karena saya belum berhasil, akibatnya orang-orang yang saya cintai terus menerus menderita miskin waktu, pikiran dan cinta dari saya.

Satu di 2012 - II

Semua yang datang, pasti kan pergi. Ada perjumpaan, ada perpisahan. Ada tangis, ada tawa.

19 Januari 2012, seolah bumi runtuh. Pahlawan, jagoan ku harus pergi. Pulang ke rumah, yang Insya Allah lebih baik.

Di sisi belahan dunia lain, semangat terus bergejolak. Beberapa minggu kemudian, acara tahunan yang selalu ditungggu-tunggu oleh Komunitas Tangan Di Atas, digelar. Pesta Wirausaha 2012. Ajang silaturahmi, belajar, membangun network, promosi hingga pemasaran pun dilakukan. Luar biasa, pesertanya jauh lebih banyak. Bahkan dari luar TDA pun banyak sekali.

Sayang acara tahunan ini harus ku sia-siakan. Pompa semangat ku belum cukup kuat untuk beredar. Aku yang aslinya pendiam, makin pendiam. Hanya senyum yang bisa dibagi.

Tidak hanya ini. Beberapa kawan ku pun mengakhiri masa lajangnya.

Bumi itu bundar. Kadang kita sedih, besok kita tertawa. Semua silih berganti. Jangan terus bersedih. Jangan pula tertawa berlebihan. Jadikan apa yang terjadi sebagai pelajaran.

Wednesday, February 1, 2012

Satu di 2012 - I

Januari 2012 adalah bulan yang luar biasa bagiku. Ada duka, kesedihan yang begitu mendalam. Ada tangis yang seolah takkan pernah berhenti. Ada rencana yang tinggal rencana. Ada tawa yang begitu ceria. Ada semangat yang menggelegar sejagad bumi hingga twitterland. Ada awal baru. Ada juga yang harus berakhir.


Alhamdulillah, terima kasih ya Allah atas pelajaran yang Engkau berikan kepada hamba.


Dimulai dari 31 Desember 2011. Hari terakhir di 2011 ini kami sekeluarga gunakan untuk berkumpul. Kami mengundang saudara dan sahabat untuk datang berkunjung dan sekedar menikmati santap siang. Dua hari yang lalu anak pertama kami, Raka di khitan. Dua minggu yang lalu kami baru saja pindah ke rumah lama yang bertransformasi menjadi rumah baru. Sayang, orang tua tercinta, Papah dan Mamah, Aki dan Ennien nya Raka, tidak bisa hadir. Tiba-tiba saja tanggal 30 Desember, Mamah menelepon kalo Papah gak bisa ke Jakarta karena kakinya sakit. Asam uratnya kambuh pikir ku. Sudah hampir 10 tahun kondisi asam urat Papah naik turun, dan seolah sakit kaki Papah adalah hal yang biasa. Tapi tidak kali ini.

Minggu depannya, tanggal 6 Januari 2011, kami berangkat ke Bandung. Malam Sabtu, hari Jumat kami berangkat dari rumah. Tiba di rumah Papah jam 11 malam. Biasanya saat buka pintu terlihat Papah ada sedang duduk di kursi di depan TV. Tapi tidak kali ini, Papah sedang tiduran di kasur di depan TV, letih, lelah, kusut, tidak seperti biasanya. Terkejut aku melihatnya. Kok sampai separah ini. Aku melihat banyak barang di meja, dari obat, air, madu, tisu, yang aku terkejut pampers. Ya Allah, kenapa Papah. Aku lihat lagi ada pispot dan... Papah pake kateter untuk buang air kencing. Seolah belum berhenti kejutanku, di kamar mandi aku melihat ada kursi yang dimodifikasi dengan dudukan closet.

Cinta Allah sedang datang, Papah sedang dibersihkan dosanya. Sakit pengurang dosa, itu yang ada dipikiranku. Malam itu aku tidur dengan kasur di lantai dengan tempat tidur Papah. Biar kakakku pulang dan istirahat. Entah sudah berapa hari ia kurang istirahat. Sepanjang malam, papah kebangun 3-5 kali, hanya minta minum. Minum pun sepertinya penuh perjuangan. Kata kakakku tadi sudah seminggu lebih tidak buang air besar, sehingga makan pun susah. Perutnya pasti tidak enak.

Sabtu pagi, aku ikut dengan kakakku untuk membawa Papah berobat ke alternatif di daerah Cibaduyut. Aku pertama kali menggendong Papah ke kursi roda, terus ke mobil. Ya Allah, tenaga di tangan ku tidak kuat, kuatkan aku ya Allah, berikan tenaga untuk Papah ya Allah. Entah sudah berapa tahun aku tidak pernah melatih badan ini. Mungkin kalo kondisiku masih seperti 10 tahun yang lalu saat aku masih kuliah, aku pasti kuat. Tapi sekarang... Terima kasih ya Allah, Engkau masih memberikan aku tenaga. Sungguh hati ini tidak kuat, setiap habis di gendong, pasti Papah kesakitan, karena kakinya ketika berubah posisi sakit sekali. Kata orang yang mengobati ada otot juga yang salah posisi. Selesai diobati Papah sempat mencoba berdiri, untuk berjalan belum kuat katanya, pake kursi roda saja.

Sorenya kami anak-anak Papah datang dan bergantian menemani dan menyuapi. Aku berusaha bertahan menahan jangan sampai ada tetesan dari air mata. Badanku lelah, kesakitan minta istirahat. Aku tidur, kebetulan ada kakakku. Selepas Isya aku berdua dengan Papah, papah mengeluh pegel-pegel. Aku pijit, badan Papah sudah kurus tidak seperti dulu waktu aku masih sering memijitnya, aku takut terlalu keras dan mengenai tulangnya. Tapi justru kata Papah kurang keras, gak kerasa katanya. Ya sudah kutambah tenaga ku. Mungkin makin lama tenagaku makin mengecil, Papah bilang pake ini aja, botol kecil minyak oles roll on. Ya Allah apa gak sakit malah kalo pake seperti ini. Ya sudah kuturuti saja keinginannya. Ku pijit hingga tertidur, lalu aku pun ikut tidur. Tidak lama Papah bangun, minum lalu kupijit lagi. Malam ini kateternya dilepas.

Paginya Papah minta diantar ke Purwakarta untuk dipijit. Aku tidak bisa mengantar, aku harus kembali ke Jakarta siang ini. Papah pergi dengan kedua kakakku. Aku berpisah pagi itu. Semoga cepat sembuh, cuma itu yang ada dihatiku.

Kuniatkan untuk ke Bandung setiap akhir pekan hingga Papah sehat. Tapi sepertinya lebih baik aku tidak membawa serta cucunya minggu depan, supaya aku dan istri bisa lebih kosentrasi dalam merawat papah.

Tanggal 13 Januari 2011, aku kembali ke Bandung. Makin terkejut aku, kondisinya malah semakin buruk dibanding terakhir aku ke Bandung. Kali ini Papah tidak bisa tiduran, napasnya susah katanya kalo tidur, ia duduk saja. Hampir sepanjang malam Papah tidak tidur. Aku pun berusaha untuk tetap tidak tidur dan memijatnya. Hampir sepanjang malam ia menahan rasa pegal disekujur badannya, sakit sekali ia kelihatannya. Pijatan ku tidak mampu menghilangkan rasa pegalnya. Setiap seperti tidak kuat, Papah hanya berucap "Laa ila ...." sisanya tidak terdengar jelas. Ingin menangis rasanya aku mendengarnya. Aku ingin berdoa Papah sehat, tapi Allah lah yang Maha Tahu apa yang terbaik untuk umatnya. Aku mohon yang terbaik untuk Papah. Pilihkan yang terbaik ya Allah. Jagoanku sedang sakit. Iya, buatku Papah adalah jagoan. Sejak dulu papah tidak pernah mengeluh. Didikannya yang tegas dan penuh disiplin. Kuat dan hebat. Tahu segalanya. Papah tempat bertanya segala macam hal. Saingan Papah cuma mbah Google buat ku. Apalagi istriku, Papah tempat curhat.

Paginya Papah minta dibawa ke Purwakarta. Mobil kakak gak ada, kami cari sewaan mobil. Via telepon katanya OK, tapi kok gak dateng-dateng. Siang kami baru berangkat. Ya Allah, jalannya jauh sekali ternyata, belum lagi aku salah pilih supir, ngebut terus sepanjang jalan. Bahkan Papah sempat jatuh karena rem mendadak. Sekarang kesakitan kaki Papah. Hampir 2 jam perjalanan kami, akhirnya sampai juga di sebuah desa di sekitar Wanayasa.

Satu jam lebih kutemani ia dipijat. Setelah selesai, kelihatannya ia lebih baik. Tidak ada pegal kelihatannya. Jam 5 an kami baru sampai lagi dirumah. Alhamdulillah Papah bisa makan hari ini. Mudah-mudahan ada tenaga untuk penyembuhan.

Tapi malamnya, ternyata kondisi Papah tidak lebih baik. Pegalnya datang lagi. Kadang miring enak, tidak lama pegal lagi. Pindah duduk kaki ke bawah, badan bersender ke bantal. Atau pindah ke kursi roda. Begitu terus sepanjang malam.

Esoknya hari Minggu, jam 13 aku harus pulang. Kasihan Ibu mertua yang sudah 2 hari kutitipkan anak-anak. Tapi aku juga tidak mau pulang meninggalkan Papah yang seperti ini. Paginya Papah buang air besar, kakakku dengan telaten membersihkannya. Alhamdulillah. Sudah seminggu tidak buang air besar. Siangnya setelah shalat, aku pamit. Kucium tangan dan kening. Aku ingin minggu depan aku ke Bandung untuk menemani Papah jalan-jalan, itu yang ku bilang. Amin katanya. Istriku pamit. Papah berucap lagi "La ilaha Ilallah". Jelas. Istriku menangis. Aku menahan tangis dan menenangkan istriku. Kami pamit. Nanti Jumat kami ke Bandung lagi.

Selasa, kata istriku, kabar dari bandung, Papah sudah mulai membaik. Makan sudah banyak. Sudah bisa ngaji lagi. Alhamdulillah. Terima kasih ya Allah. Rabu rencananya aku ada pekerjaan ke Bandung. Tapi belum pasti. Kalo sudah pasti aku mau pergi duluan pagi-pagi, jadi bisa nengok Papah dulu sebelum kerja. Tapi jam 11, batal. Gak jadi ke Bandung. Ya sudahlah.

19 Januari 2012.

Hari yang kan selalu kuingat. Malamnya aku tertidur, sedangkan aku belum shalat isya. Aku bangun, duduk di kursi eh malah tidur lagi. Jam 1 telepon rumah berbunyi, siapa? Orang iseng lagi? Minggu kemaren ada orang iseng terus. Ku tekan tombol bicara terus tidur lagi. Jam 3 tiba-tiba aku terbangun. Ya Allah maaf aku membiarkan diriku tidur. Buru-buru aku wudhu. Setelah Isya, kulanjut Tahajjud. Ku berdoa untuk Papah, semoga yang terbaik. Jika sudah waktunya, semoga husnulkhotimah. Amin. Ku ambil hp, aku mau cek shubuh berapa jam lagi, hp kuhidupkan, kok ada misscall dari bandung. Ku telepon kakakku. "Na, Papah udah gak ada"

Waktu terasa berhenti, aku tidak mendengar apa-apa lagi, air mata mengalir deras, makin lama, aku menangis semakin kencang. Istriku bangun dan mengambil hp.

04.00 aku berangkat ke Bandung. Semoga mobil ku bisa ngebut. Aku mau mandiin Papah. Cuma itu yang kumau sekarang. Sudah berapa tahun, Si Ijo tidak pernah kubawa ngebut. 120 km/jam, aku gak tega ditekan lagi. Napas Si Ijo masih ada, tapi kasian. Si Ijo ini kenang-kenangan dari Papah.

Aku berhenti sebentar untuk shubuh. Sepanjang jalan aku tidak bisa menahan air mataku. Anak-anak tertidur dibelakang. Aku tiba di rumah Papah jam 06.25. Papah sudah rapih, terlambat, Papah sudah dimandiin. Aku menunduk dengan air mata. Tinggal menyolatkan yang bisa kulakukan. Ku ambil wudhu dan ku shalat di depan jenazah.

Papah meninggal tadi jam 00.05. Ketika aku tahajjud Papah sudah pergi. Penderitaannya di dunia sudah selesai. Semoga ia dijauhkan dari siksa kubur dan api neraka. Jam 11 Papah dimakamkan. Tidak kuat aku melihat tanah menutup jenazahnya. Rasanya aku lompat dan menemaninya. Kasihan Papah sendiri disana. Gelap. Dingin.

Selamat jalan Papah. Terima kasih untuk semua yang sudah engkau berikan. Maaf aku belum berbakti kepadamu. Maaf aku belum sempat mengucapkan terima kasih langsung. Aku mencintaimu Papah.

Ya Allah ampuni dosa nya, terima lah amalannya, tempatkan disisi Mu bersama orang-orang beriman.

Amin