Wednesday, August 27, 2008

Forum Lingkar Pena dan Danamon Award

Saya dulu kenal Helvi Tiana Rosa saat masih SMA. Kira-kira 10 tahun yang lalu. Tapi hanya 3 tahun. Setelah itu kecanduan buku saya agak berkurang.

Dari chee-gama@yahoogroups.com

Perjalanan Panjang Menuju Danamon Award 2008!
Aug 15, '08 10:55 PM by Helvy for everyone


Suatu hari, di tahun 2007, Mas Tomi membaca Koran Tempo, kemudian berkata, "Bunda, kamu dan kegiatanmu layak dapat ini...," ia menunjukkan artikel mengenai Danamon Award. Saya membaca sembari mengernyitkan kening. Hmmm boleh juga dicoba. Maka sayapun mengirimkan formulir untuk mengikuti ajang tersebut tahun 2007 itu. Kategori apa yang harus saya ikuti? Individu? Ah, rasanya kategori organisasi nirlaba lebih pas. Saya tak akan mengedepankan diri saya, tapiForum Lingkar Pena, organisasi yang saya gagas dan dirikan tahun 1997. Pada akhirnya pengumuman pemenang tahun 2007 keluar, dan tak ada saya atau FLP. Mengapa? Saya baru tahu jawabannya setahun kemudian.

Awal Juli 2008, saya dihubungi Tempo, "Mbak Helvy, kami dari Danamon Award. Kami mau wawancara sedikit tentang mbak dan FLP....""Danamon Award? Rasa-rasanya saya nggak ikut deh mbak," ujar saya polos.


Akhir Juli, saya dihubungi kembali oleh panitia. "Selamat ya, mbak. Masukdalam 30 finalis Danamon Award 2008. Kami akan menyaringnya lagi menjadi 15 finalis saja untuk diundang ke Jakarta. Kapan mbak ada waktu?


Pekan ini timjuri verifikasi akan datang berkunjung dan mencocokkan data...."Maka saya pun sibuk, terutama mengumpulkan lagi data-data, foto yangberserak, kliping media, buku-buku karya anggota, video kegiatan, menyiapkan presentasi, dan sebagainya. Saya baca berulangkali semua hal tentang Danamon Award. Kegiatan ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan memberikan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada para anggota masyarakat yang berjuang demi peningkatan kesejahteraan sesama anggota masyarakat. Danamon Award 2008 terbuka bagi semua individu, badan usaha dan lembaga nirlaba yang berdomisili di Indonesia yang menjalankan peran pemberdayaan ini, sejalan dengan visi Danamon: "Kita peduli dan membantu jutaan orang untuk mencapai kesejahteraan" .Untuk dapat ikut serta dalam penghargaan ini, para individu atau institusiharus telah melaksanakan program atau kegiatan yang menghasilkan dampakpemberdayaan yang langsung terhadap kelompok atau komunitas yang ditujunya. Selain itu, program atau kegiatan tersebut harus dilaksanakan secara terus-menerus, dan paling tidak telah dilakukan selama satu tahun.


Panel juri independen Danamon Award 2008 terdiri dari para individu terkenaldengan latar belakang yang beragam, yaitu; Ade Suwargo Mulyo, Senior Project Manager dari Swiss Contact, Lembaga Swadaya Masyarakat dari Negara Swiss;pakar manajemen Hendri Ma'ruf dari Dunamis Organization Services; dan Jaleswari Pramodhawardani dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). Panel juri kehormatan Danamon Award 2008 beranggotakan ekonom senior, Prof.DR. Sri Edi Swasono; sosiolog DR. Imam B Prasodjo; Dirjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan, Prof. Dr. Martani Husaini, Pemimpin Redaksi SCTV, Rosianna Silalahi dan pakar manajemen dari Dunamis Organization Services,Ria Sidabutar.Dalam melakukan penilaian atas para peserta, panel juri mengidentifikasi atribut-atribut yang menentukan, antara lain melalui evaluasi mendalam yangmeliputi skala dan cakupan, frekuensi, dampak program atau kegiatan, sumberdaya yang terkait serta pendanaan yang digunakan.


Danamon Award 2008 ini dilaksanakan dalam kerjasama dengan Kelompok Tempo Media, penerbit Tempo Magazine dan Koran Tempo, Swiss Contact, Dunamis Organization Services, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), SCTV danRadio 99.1 Delta FM.Awal Agustus, kondisi saya sedang tak sehat, ketika tim juri verifikasi datang. Pertama, saya diwawancarai hingga larut malam. Esoknya kembali juri verifikasi datang. "Kami ingin melihat tempat-tempat kegiatan FLP. Kami ingin bertemu beberapa anggota FLP yang secara nyata telah diberdayakan olehFLP dan kemudian turut melakukan pemberdayaan. "Wah, mendadak begini? Maka saya ajak juri verifikasi mengunjungi markas organisasi kami, salah satunya Lingkar Pena Publishing House (LPPH). Alhamdulillah, kebanyakan parapekerja di penerbitan ini adalah teman-teman FLP yang sebelumnya merupakanpengangguran, mahasiswa dan koki sebuah kafe--- yang selain bermetamorfosis sebagai penulis--- mereka lalu menjadi tim penerbitan yang andal. Beberapa hari kemudian, datang kabar itu: "Mbak Helvy, FLP masuk sebagai 15 finalis! Siapkan presentasi dan sampai bertemu di Crowne Plaza!" Dengan kondisi yang belum pulih benar, saya paksakan untuk siap. Inikesempatan besar bagi FLP dan saya tak ingin kondisi saya membuyarkan itusemua.


"Kakak gila juga, ya," kata Asma Nadia adik saya. "Lagi sakit tapi bisanggak kelihatan. Selalu tertutup oleh semangat!" katanya saat berkunjung kerumah.Ya, dan kini, siapa yang mampu membendung semangat itu? Apalagi ketikasemangat itu didukung oleh berjuta daya dan pengharapan penuh padaNya? Saya dapat jatah menginap di hotel Bintang lima: Crowne Plaza, 3 malam 4 hari. Hari kedua, saya harus melakukan presentasi di depan panel juri.Saya baca lagi konsep penilaian juri di web Danamon: Dalam melakukan penilaian atas para peserta, panel juri independen mencari 4 (empat) aspek yang menjadi perhatian utama, yaitu: 1.. Dampak, dimana pemberdayaan yang dimaksud merupakan pemberdayaanekonomi, yang telah berdampak secara nyata dan dapat terukur dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat di suatu wilayah.2.. Cakupan, dimana skala pemberdayaan yang dilakukan individu/perusahaan/institusi dapat dibuktikan telah menyentuh sejumlah orang/komunitas yangberdampak pada peningkatan kesejahteraan orang/komunitas yang dimaksud.3.. Keterlibatan, dimana masyarakat yang diberdayakan di tempat termaksudikut dilibatkan dalam proses pemberdayaan. Hal ini dapat dilihat dari dampak yang ditimbulkan akan terus terjadi di tengah masyarakat yang terlibat dalam pemberdayaan tersebut. 4.. Keberlangsungan, dimana inisiatif pemberdayaan tersebut dinilai dalamhal kemampuannya untuk terus berlangsung dalam masa ke depan. Dalam hal ini yang diperhatikan adalah keberadaan delegasi wewenang dari penyelenggara kepihak yang diberdayakan, pelatihan, regenerasi, sumber pendanaan yang berkelangsungan, serta hal-hal terkait lainnya. Terkait aspek keempat, hal ini menjadi dasar bagi Danamon Award mencantumkan pelaksanaan pemberdayaan minimal 1 tahun dalam persyaratan yang diminta.


Tiga jam sebelum presentasi saya hubungi via ponsel tiga orang adik saya:Asma nadia, Rahmadianti dan Habiburrahman el-Shirazy. Habib, mantan Ketua FLP Mesir, ternyata sedang berada di Jakarta. Dukungan itu saya rasakan ketika mereka berkata: Insya Allah kami hadir!" Saya mungkin nggak bisa lama, Mbak. Tapi saya akan usahakan hadir," ujarHabib. "Mbak Helvy dan FLP punya andil yang besar bagi keberhasilan saya. "Bagi saya, Habib memang adik sejati. Kemasyhuran sama sekali tak membuatnya berubah sedikit pun. Ia tetap seperti yang dulu. Saya selalu berharap, teman-teman FLP mencontoh kematangannya. Siap dan tetap berbudi dalam kondisi apapun: tertatih atau berjaya, dan lakukan yang terbaik yang bisa kita lakukan! Dan Rahmadianti Rusdi? Mungkin ia tak terlalu dikenal di luar FLP, tetapi ia adalah salah satu tonggak sejati FLP. Apa yang ia lakukan dengan penuh ketulusan, mewarnai perkembangan FLP hari ini. Saya sms pula adik saya M. Irfan Hidayatullah, Ketua Umum FLP periode kini, Dosen Sastra UNPAD yang juga salah satu kebanggaan kami. Saya sms ratusan teman FLP lain, memohon dukungan doa mereka.Maka usai makan siang, 12 Agustus lalu, saya mantap melangkah di hadapan Dewan Juri. Saya panggil Asma Nadia dan Habiburrahman mendampingi saya kedepan.


Forum Lingkar Pena adalah komunitas (calon) penulis yang digagas dandidirikan 22 Februari 1997 oleh Helvy Tiana Rosa, Asma Nadia, dan Muthmainnah. Dalam sebelas tahun perkembangannya, FLP menjadi wadah ribuan orang untuk mengasah diri sebagai pengarang/ penulis, menerbitkan sekitar 1000 buku, bekerjasama dengan tak kurang dari 50 penerbit, dan membuka cabang di dari 125 kota di Indonesia dan manca negara, seperti Hong Kong, Malaysia, Singapura, Jepang, Belanda, Amerika, Mesir, Inggris, dll. Para aktivisnya mendirikan Rumah- Rumah Cahaya (Rumah baCA dan HAsilkan karYA) disetiap sekretariat cabang FLP. Tak hanya menyentuh kalangan intelektual, FLP menjadi wadah gerakan para ibu rumah tangga, buruh, pengangguran, anakjalanan, TKI, pembantu rumah tangga, hingga para napi di penjara. Ada pula FLP Kids yang ditujukan bagi anak-anak dan menjadi motor bagi bangkitnyakanak-kanak pengarang di negeri ini. FLP membuat menulis dan bersastra taklagi menjadi kegiatan ekslusif milik kaum cendekia. FLP menjadi satu-satunya organisasi pengarang yang berhasil membentuk rantai tak putus antara penulis-penerbit- pembaca-penulis. Dengan memberikan skill menulis bagi paramuda dan dhuafa, pada akhirnya FLP membantu meningkatkan taraf kesejahteraan mereka. "Wow...," komentar beberapa juri, ketika melihat data-data yang kami bawa,termasuk buku-buku karya para anggota FLP yang sebelum bergabung di FLPbelum pernah menerbitkan buku. Juga foto-foto kegiatan FLP, terutama yang melibatkan para dhuafa dan proses pemberdayaan yang dilakukan. "Setiap anggota adalah relawan. Mereka yang telah menulis di media tingkatprovinsi atau nasional, atau yang telah menulis buku adalah mentor bagi yanglain," kata saya.


"Saya baru dari Blora," tutur Habib. "Tanah kelahiran Pramoedya itu sangat tandus, kami bahagia ternyata FLP juga menjadi penggerak kegiatan penulisan di sana."Juri yang lain tertarik pula dengan presentasi Asma Nadia tentang Lingkar Pena Publishing House dan pemberdayaan yang telah dilakukan terhadap para anggota FLP."Bagaimana bisa mengajarkan penulisan seperti itu? Apa metode yang dipakai FLP?" tanya Rosiana Silalahi. "Bagaimana perhatian pemerintah?" tanya salah satu profesor. "Apakah FLP pernah dapat penghargaan sebelumnya?" tanya Pak Hendry Ma'ruf "Bagaimana mengelola jaringan FLP?" "Menurut Anda, apa kelemahan FLP?" Pak Imam Prasodjo mengernyitkan dahi. Dan masih banyak lagi. Dari waktu 45 menit yang disediakan, ternyata para juri "memperpanjang"hingga 70 menit. "Sangat mengesankan, " kata salah satu dari mereka, ketika saya beranjak keluar ruangan."Nanti di luar Danamon Award kita ngomong-ngomong lebih serius ya," kata Pak Imam Prasodjo lagi. Alhamdulillah.Setelah presentasi, Habib dan adiknya Anif, langsung kembali. Saya, Asma dan Dian beristirahat. Saya tak tahu berapa lama, rasanya ketika ngobrol-ngobrol saya tertidur begitu saja di sofa.

Malamnya, saya sempatkan berbincang dengan para finalis lain. Masya Allah, mereka dahsyat!Saya paling terkesan pada Bidan Eros dan Pak Abdul Rahim bin Atma, yang ikut pada kategori individu. Bidan Eros selama 11 tahun menjadi bidan dan penyuluh kesehatan bagi masyarakat pedalaman Baduy yang melibatkan hingga 59 kampung. Dengan susah payah ia berusaha mengkader para penyuluh kesehatan dari masyarakat Baduy, di samping berusaha menekan tingkat kematian ibu dan bayi di sana. Untuk bisa sampai ke tempat ibu yang akan melahirkan ia biasa berjalan kaki berkilo-kilo. Bayaran tertinggi yang pernah ia terima sebagai bidan adalah Rp. 20.000. Abdul Rahim bin Atma adalah seorang raksa bumi/ penjaga hutan lindung cagar alam Gunung Simpang dan konsultan pembuat kincir air mini untuk pembangkittenaga listrik yang dimanfaatkan oleh 1000 keluarga desa Neglasari yangtidak mendapatkan aliran listrik dari PLN dan untuk irigasi persawahan. "Saya tadinya tidak tahu kenapa diundang ke sini," kata Pak Abdul yang konon"hanya" lulusan SD. "Nah waktu disuruh ngomong, baru saya lihat gambar dilayar, ternyata karena kincir itu, Bu," tuturnya polos pada saya. Subhanallah. Indonesia mungkin masih tegak karena orang-orang seperti PakAbdul, Bidan Eros dan semacamnya. Orang-orang yang berjuang tanpa pamrih, yang berpikir dan bergerak untuk masyarakatnya.


Mata saya terusberkaca-kaca, berdekatan dengan mereka dan para finalis Danamon Awardlainnya. Akhirnya, 14 Agustus, digelar acara penganugrahan di Trans TV. Alhamdulillah, Dari 2041 peserta, FLP berhasil meraih Danamon Award kategoriorganisasi nirlaba. Sebuah kemenangan bersama! Peraih Danamon Award 2008: KategoriNamaNama UsahaKota & PropinsiKegiatan PemberdayaanIndividuBidan Eros Rosita-Lebak, Banten Pemberdayaan dan pengabdian terhadap warga Baduy dalam hal kesehatan, dimana Bidan Rosita mengajak warga Baduy di Desa Kanekes untuk sadar kesehatan, mengurangi angka kematian bayi saat melahirkan secara drastis dan membina warga Baduy sebagai kader kesehatan.


Usaha Skala Kecil Phaerly Mauiec Musadi Distribute Merchandising Bandung, Jawa BaratPemberdayaan terhadap komunitas underground dalam hal pendidikan dan manajemen melalui pelatihan komputer, desain grafis, fotografi dan olahraga skateboard. Selain itu juga memproduksi, memasarkan produk merchandising komunitas underground dan membuka peluang grup-grup band yang berada dikomunitas underground.


Usaha Skala Menengah Satria Yanuar AkbarSaung Angklung Udjo (SAU)Bandung, Jawa BaratDiawali dari kecintaan terhadap seni dan budaya Sunda (angklung), SAU berkembang menjadi perusahaan yang menghasilkan laba dan melibatkan warga sekitarnya dalam inti bisnis pelatihan angklung, pertunjukkan, produksi alatangklung serta pariwisata.


Usaha Skala Besar SantosoKantor Berita Radio KBR68HPegunungan Jaya Wijaya, Papua Membangun dua radio komunitas di kawasan Pegunungan Jaya Wijaya, yaitu RadioPikonane di Kabupaten Yahukimo dan Radio Wagadei di Kabupaten Paniai. Tujuannya adalah membuka akses informasi seluas-luasnya bagi masyarakat didaerah-daerah terpencil.


Organisasi NirlabaHelvy Tiana Rosa Forum Lingkar Pena (FLP) Depok, Jawa Barat Dalam 11 tahun perkembangannya, FLP telah menjadi wadah bagi ribuan oranguntuk mengasah diri sebagai pengarang/penulis, menerbitkan sekitar 1000buku, bekerjasama dengan lebih dari 50 penerbit, serta membuka cabang di 125kota di Indonesia dan manca negara.Terimakasih ya untuk semua doa dan dukungannya!


(thx, Gung!)



No comments:

Post a Comment