Tuesday, June 30, 2009

Selayang Pandang PRJ

Pekan Raya Jakarta yang sekarang dikenal sebagai Jakarta Fair Kemayoran, memberi pelajaran berharga. Acara yang dimulai tanggal 11 Juni 2009 ini disambut dengan animo masyarakat yang cukup bagus. Indikatornya dari kondisi parkiran, dari tiket masuk, dari situasi di dalam arena yang tidak pernah sepi pengunjung.

Tapi, arena PRJ yang super luas, sehingga tidak berarti seluruh stand di PRJ di banjiri pengunjung. Hall-hall utama, relatif dipenuhi pengunjung. Sedangkan hall tambahan seperti Hall D3, ataupun arena Gambir Expo, naik turun pengunjung cukup terasa. Pengunjung relatif terfokus di arena depan panggung. Dimana di area tersebut diisi oleh merk-merk ternama, seperti sepeda motor Honda, Yamaha, Suzuki, Bajaj, TVS dan Minerva yang sedang agresif promosi tahun ini. Selain itu makanan dikuasai oleh merk-merk ternama pula, Wing dengan Mi Sedap, Indofood dengan Indomie, Kraft dengan Oreo, Unilever dengan produk rumah tangganya pun tidak ketinggalan, belum lagi rokok dan operator seluler. Kabarnya arena ini sudah dibayar, setelah PRJ 2008 usai. Entah benar atau tidak. Tapi mungkin tahun ini peserta akan menahan, pasalnya Pemkot akan men-tenderkan ulang pengelola acara PRJ ini. Sehingga belum tentu dilaksanakan oleh JIExpo. Mungkin ini akibat dari keluhan beberapa masyarakat mengenai acara PRJ ini, mahal dan kesan Jakarta atau Betawi tidak terasa.

PRJ kali ini tidak terasa seperti pesta rakyat, selain diisi oleh kemewahan berbagai stand, pesta panggung masing-masing stand (banyak stand memiliki panggung sendiri untuk menampilkan penyanyi atau sexy dancer), dan gemerlap artis. Sedangkan Betawi hanya diisi oleh satu stand makanan dan minuman khas Betawi dan beretebarannya pedagang kerak telor. Sisanya, ya... seperti toko biasa, tapi mewah.

Entah apa yang dirasakan pengungjung PRJ, mungkin pengelola harus mengumpulkan testimoni dan mengevaluasi acara PRJ. Karena sebelum acara PRJ dibuka, saat konferensi pers, yang didengungkan dari PRJ bukanlah pesta rakyat, tapi nilai ekonomi, dimana para pedagang dari Indonesia dan negara tetangga tertarik untuk ikut serta di acara ini. Ya... memang ini pula yang ada di benak saya. Tapi sepertinya masa jaya PRJ sudah lewat. Kalo tidak ada perubahan yang signifikan dari konsep PRJ, mungkin animonya akan menurun. Mungkin karena itu pula Pemkot DKI berencana men-tenderkan ulang.

Ya... mudah-mudahan PRJ tahun depan lebih baik dan lebih "menggigit".

1 comment:

  1. betul bro, PRJ identik dengan kerak telornya makin tahun semakin tidak berasa betawinya

    ReplyDelete